» » » Teroris Manfaatkan Media untuk Pencitraan

(SJO, BANDUNG) – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansya’ad Mbai menduga teroris di Indonesia kini memanfaatkan media massa untuk pencitraan mereka. Menurut Mbai, media hendaknya hati-hati bila mengangkat berita soal terorisme, jangan sampai terbawa oleh strategi mereka yang memanfaatkan media massa. Hal itu diungkapkan Mbai saat temu wartawan di Bandung, Selasa (20/8/13) siang.

“Hal yang terpenting adalah media massa harus hati-hati dengan strategi mereka yang memanfaatkan media massa untuk pencitraan mereka sendiri. Contohnya adalah berita tentang penangkapan terduga teroris di beberapa tempat. Yang muncul di media massa adalah penculikan terhadap aktivis masjid atau keagamaan. Hal itu kan jadi memunculkan simpati buat teroris, dan kebencian untuk Densus 88. Padahal dalam melakukan penangkapan terduga teroris, Densus tidak main-main dan sangat hati-hati” tutur Mbai.

Ansya’ad Mbai juga menyoroti tentang penembakan polisi di beberapa tempat akhir-akhir ini. Menurut Mbai, itu juga tidak lain daripada kerja teroris. Mereka menganggap polisi musuh mereka karena berhasil menggagalkan beberapa rencana aksi pengeboman.

“Bagi mereka negara ini adalah musuh, terutama polisi yang di mata mereka sebagai penghalang aksi. Ini juga harus kita waspadai” katanya.

BNPT sendiri saat ini tengah melakukan road show ke beberapa daerah untuk mengajak media massa bekerjasama dalam memerangi teroris.


Harus Dirangkul

Pada acara yang sama,  Ustad Abducahman Ayub, mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) membeberkan pengalamannya ketika dia masih menjadi anggota JI. Menurut Abdurachma Ayub, pananggulangan terorisme harus dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dakwah kepada mereka.

“Mereka itu harus disadarkan kembali ke jalan  yang benar. Selain penegakan hukum bagi mereka yang sudah terbukti melakukan teror, maka dakwah terhadap mereka yang masih di sana juga harus terus dilakukan” katanya.

Menurut Ayub, pemahaman mereka terhadap konsep negara Islam dan jihad itu yang salah. Mereka diberikan informasi yang salah oleh pentolan-pentolan JI, seperti dirinya dulu.

“Tahun 85 saya mulai masuk JI pimpinan Abubakar Baasyir, sampai saya memimpin JI di Australia. Nah ketika di Australia itulah Saya melakukan korespondensi dengan para ulama di Madinah yang menyatakan bahwa konsep negara Islam yang digembar gemborkan oleh pimpinan JI dai dunia itu salah alias keliru. Saya banyak berdebat menggunakan dalil-dalil dengan para ulama di Madinah itu, dan Saya kalah debat lalu tersadarkan atas kekeliruan itu” tutur Ayub.

Abdurachman Ayub mendo’akan agar teman-temannya yang masih berada di Jamaah Islamiyah segera disadarkan dan kembali ke jalan yang benar.

“Islam itu harus menjadi rahmat bagi alam semesta, bukan menjadi ancaman” .(r22)

About Kabar Seputar Jabar

Hi there! I am Hung Duy and I am a true enthusiast in the areas of SEO and web design. In my personal life I spend time on photography, mountain climbing, snorkeling and dirt bike riding.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply