Menurut Direktur Eksekutif IndoBarometer, Mohammad Qodary, poros baru itu bisa dimotori oleh Partai Demokrat dengan menggandeng partai-partai lain untuk memenuhi syarat mengusung pasangan Cares-Cawapres.
Direktur Eksekutif Political Communications (PolcoMM) Institute Heri Budianto juga mengemukakan analisis senada. Dengan perolehan suara sekitar 9-10 persen, katanya, Demokrat masih memegang peranan strategis di tengah tidak adanya partai yang dominan dalam perolehan suara.
Menurut Heri, maneuver PKB yang menawarkan beberapa cawapres ke PDI-P dan Gerindra ditangkap oleh Demokrat sebagai peluang, karena tawaran tersebut bisa buntu kalau pilihannya tidak sesuai dengan criteria yang diiniginkan oleh PDIP atau Gerindra.
“Jika PKB mentah membangun koalisi dengan PDIuai P atau Gerindra, maka Demokrat bisa mengajak PKB membuat poros baru dengan menawarkan capres pemenang konvensi,” katanya.
Atau skenario berikutnya , kata Heri, Demokrat bisa menggagas poros baru dengan PAN dan PKS, sebab kedua partai ini lebih nyaman bersama Demokrat.
Secara terisah, peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengemukakan kemungkinan poros koalisi keempat bergantung pada posisi Partai Demokrat.
"Poros koalisi keempat bisa ada, hanya jika Demokrat mengajukan capres sendiri. Jika Demokrat maju, maka capresnya dari peserta konvensi," katanya.
Sementara itu Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo, mengatakan partainya bisa berada di poros baru untuk menjalin koalisi di luar tiga poros utama yang kemungkinan dipimpin tiga partai pemenang pemilu legislatif, yakni PDI Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Gerindra.
Pramono menganggap poros baru tersebut bisa saja digalang partainya jika ada kesepakatan antara Demokrat dengan partai tengah lain seperti PAN, PKB, atau Partai Hanura.
"Poros ini bagus. Tapi yang mendorong jangan Demokrat," kata Pramono. (tim)
Tidak ada komentar: